Aku Ingin Bahagia! bagian 2
Bagian 2 — 3 Kunci Kebahagiaan
Kunci yang pertama, Syukur
Definisi ringkas daripada syukur adalah
صرف جميع نعم الله لطاعته
"Menggunakan semua nikmat Allah untuk mentaati-Nya."
Asal semua nikmat adalah dari Allah -Subhanahu wa Ta'ala-, kemudian dari manusia sebagai sebab & perantaranya. Maka yang wajib bagi kita adalah senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut dan bersyukur (berterima kasih) kepada orang yang menjadi sebab mendapatkan nikmat.
Nabi -Shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda :
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan selain keduanya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani].
Dan betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, baik di diri kita, keluarga kita, dan di sisi yang lain. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)" (An Nahl 16:53)
Dan jikalau kita menghitung nikmat tersebut, kita tidak akan mampu, Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman :
وَءَاتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Ibrahim 14:34)
Bahkan betapa banyak nikmat Allah yang manusia lupakan, karena memandang hal itu biasa saja. Misalnya, nikmat bernafas, nikmat melihat, dan nikmat-nikmat yang lain. Dan mereka membandingkan dengan nikmat orang lain. Maka karena sebab itu, mereka sering kufur (tidak mensyukuri) nikmat dan bisa menjadi penyebab tercabutnya nikmat tersebut.
Setidaknya ada 2 cara agar kita bisa selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan :
1. Selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia, Nabi -Shallallahu Alaihi Wa Sallam- bersabda :
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
"Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian." [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadits ini menjelaskan untuk kita melihat orang yang lebih rendah levelnya dari sisi kehidupan dunia, yang mencakup sisi harta, jabatan, kemulian nasab, kesempurnaan tubuh, kesehatan dan lain sebagainya. Agar kita tidak meremehkan nikmat yg Allah berikan dan membantu kita untuk lebih bersyukur.
2. Selalu mengingat bahwa jika kita mensyukuri yang sedikit (menurut pandangan kita), maka Allah akan menambahnya. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim: 7]
Hal ini akan membuat kita selalu menerima dengan lapang dada apa yang Allah beri, baik sedikit dan terlebih lagi banyak.
Kemudian perlu diketahui bahwasanya bersyukur itu dengan 3 hal, yaitu dengan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun dengan hati, maka kita meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya semua kebaikan dan nikmat yang kita dapatkan berasal dari Allah -Subhanahu wa Ta'ala-.
Dan adapun lisan, maka lisan kita selalu bersyukur kepada Allah, misalnya dengan mengucapkan 'alhamdulillah', dan menceritakan nikmat Allah tersebut apabila di sana ada kebaikan. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan." (Adh Dhuhaa :11)
Adapun anggota badan adalah dengan menggunakan semua nikmat Allah untuk mentaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan ini adalah hakekat daripada syukur.
Ini adalah kunci pertama jika kita ingin bahagia dunia & akhirat.
Baarakallahu fiikum
Penulis : Ustadz Aldi Abul Mubarak
Pengajar Ma’had Al-Makna Al-Islami
Lumajang, 10 Jumadil Akhir 1447H

Posting Komentar untuk "Aku Ingin Bahagia! bagian 2"
Posting Komentar