Pelajaran Berharga dari ‘Bidaah’
Film ini sekalipun fiktif, waqi' atau pada dunia nyata tak dapat dipungkiri adanya kasus serupa, di Lumajang beberapa waktu lalu viral kasus semisal bahkan menurut pengakuan produser film tersebut kisah didalamnya berdasar fakta beberapa tahun lalu yang beliau alami sendiri dst dst.
Pelajaran pentingnya bagi kita adalah:
Hati hatilah sebelum memasukkan anak terutama putri kita ke dalam sebuah lembaga pendidikan agama cari tahu dulu research bagaimana didalamnya apa yang diajarkan bagaimana guru dan ustadznya, jaman sekarang lebih mudah dengan adanya sosmed kita bisa setidaknya sebagai bahan research melihat visi misi serta pemikiran juga kepribadian sebuah lembaga dan pengajarnya. Karena secara umum tiap lembaga dan ustadz biasanya punya akun official yang akan memperlihatkan dan mengenalkan pada kita bagaimana mereka dan apa yang mereka ajarkan.
Jangan sampai tertipu dengan jubah, surban, jenggot atau simbol simbol agama yang ditampilkan sementara kita kurang meneliti tentang ajaran yang disampaikan, ingat kesesatan seorang yang punya pengikut itu jauh lebih merusak daripada kesesatan dari mereka yang seorang diri tanpa ada yang mengikuti, Islam itu sudah jelas berdasar Al-Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah jadi manakala seorang tokoh sudah menyimpang darinya hendaknya kita memiliki sebuah alarm untuk bisa mengenali dan menjauhi.
Keumuman dari para tokoh kesesatan biasanya memanfaatkan kelemahan dari pengikutnya, mau itu kelemahan daya nalar berfikir dimana para pengikut dimatikan daya berfikirnya didoktrin untuk bersikap ghuluw, maupun lemah dari segi ekonomi ataupun anak anak broken home yang "fakir" dalam hal kasih sayang ayah ataupun ibu (orangtua cerai).
Salah satu ciri guru yang lurus dan benar diantaranya tidak mendoktrin santri atau muridnya bahwa dia adalah sumber kebenaran yang tak mungkin salah karena sebagai Mursyid atau pembawa ajaran agama, guru yang berfokus pada menyampaikan ilmu-ilmu Islam dengan cara tadarruj (step by step) dengan ilmu dan hikmah sabar dalam mendidik dan menjauhi cara-cara yang melanggar syariat didalam mengajar seperti tercampurnya laki-laki dan perempuan, bermudahan dalam menyentuh tangan santriwati bahkan bermudah mudahan dalam berduaan dengan santri putri karena mereka sadar disamping membawa misi dakwah yang mulia ini mereka juga harus menjadi contoh baik untuk murid muridnya.
Kita akui seorang ketika mencinta biasanya akan berlebihan dalam memuliakan baik disengaja atau tak sengaja, sebuah pelajaran penting dari siroh yang bisa kita ambil diantaranya ketika nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam wafat sebagian sahabat yaitu Umar bin Khattab "tidak terima" dengan fakta ini sambil "mengancam" sahabat yang mengatakan nabi wafat namun dengan ilmu dan hikmah kemudian abu bakar maju berkhutbah didepan mereka berkata lantang barangsiapa menyembah Muhammad maka beliau telah wafat dan barangsiapa menyembah Allah maka Allah maha hidup tak akan pernah mati sambil mengingat kan firman Allah:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ
Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS.ali Imran 144)
Disinilah pentingnya saling mengingatkan amar makruf nahi mungkar bahkan kepada guru atau sahabat kita sekalipun karena kadang suasana hati yang teramat bersedih bisa membuat "hilang" sebagian ilmu yang diketahui.
Pada akhirnya semoga Allah memberikan kita hidayah-Nya dan menjauhkan kita dari kesesatan yang dibawa oleh setan dari kalangan manusia dan jin aamiin.
Tulisan : Ustadz Faishal Abu Hamzah
Pengajar Ma’had Al-Makna Al-Islami
Lumajang, 18 Syawal 1446H
Posting Komentar untuk "Pelajaran Berharga dari ‘Bidaah’"
Posting Komentar