Beradab Saat Buang Hajat #4
Berikut adab buang hajat #4 seorang muslim yang dinukilkan dari Kitab Shahiihul Aadaabil Islaamiyyati karya Syaikh Wahid bin Abdussalam bin Baliy
13. Jika Bersuci Dengan Batu, Disunnahkan dengan Bilangan Ganjil
وفي الصحيحين عن ابي هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ ثُمَّ لِيَنْثُرْ وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ وَإِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَغْسِلْ يَدَهُ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهَا فِي وَضُوئِهِ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.
Terdapat didalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:
"Apabila salah seorang dari kalian berwudu, hendaknya dia memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkannya. Siapa saja yang bersuci dengan batu, hendaknya dengan bilangan yang ganjil. Jika seseorang dari kalian bangun dari tidurnya, hendaknya dia membasuh tangannya sebelum memasukkan tangannya ke bejana yang akan dipakai wudu, karena salah seorang dari kalian tidak tahu di mana tangannya menginap.”
Penjelasan:
Tentang makna “witir”, Imam Nawawi rahiahullah berkata, “Witir adalah mengusap sebanyak tiga, lima, atau lebih yang merupakan bilangan ganjil. Menurut pendapat kami, mengusap lebih dari tiga adalah sunah. Intinya, membersihkan hukumnya wajib, begitu juga dengan menyempurnakan usapan sebanyak tiga kali. Jika dengan tiga usapan sudah bersih, tidak boleh menambahnya. Tetapi jika dengan tiga usapan belum bersih, harus ditambah menjadi lima atau tujuh dan seterusnya. Jika bersih dengan bilangan genap, dianjurkan untuk mengganjilkannya,” (Syarah Nawawi ala Muslim).
Faedah hadis:
1. Wajibnya Istinsyaq dan Istintsar di dalam berwudhu.
2. Disunnahkan istijmar dengan bilangan ganjil.
3. Disunnahkan membasuh telapak tangan ketika bangun dari tidur.
4. Larang memasukkan telapak tangan ke wadah air, sebelum dicuci terlebih dahulu.
5. Syariat Islam sangat peduli terhadap kebersihan.
14. Tidak Bersuci Dengan Kotoran hewan, Tulang Dan Makanan
روى مسلم عَنْ سَلْمَانَ الفَارِسِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قِيْلَ لَهُ: قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الخِرَاءَةَ! قَالَ: فَقَالَ أَجَلْ: لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ القِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِاليَمِيْنِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Imam Muslim telah meriwayatkan dari Salman raḍiyallāhu ‘anhu dia berkata, bahwa seseorang bertanya kepadanya, “Apakah Nabi kalian mengajarkan segala hal kepada kalian, hingga urusan buang hajat?” Beliau (Salman) menjawab, “Tentu saja! Kami dilarang menghadap kiblat ketika buang hajat, besar dan kecil, beristinja dengan tangan kanan, beristinja dengan kurang dari tiga batu (kerikil), atau beristinja dengan kotoran hewan atau tulang.”
Penjelasan:
Sebab dilarangnya istinja dengan kotoran hewan dan tulang karena keduanya merupakan makanannya jin.
Faedah hadis:
1. Tidak boleh bersuci dengan kotoran hewan dan tulang.
2. Larangan bersuci dengan tangan kanan.
3. Syariat Islam mencakup semua aspek kehidupan.
4. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan hal yang baik tanpa memberitahukan umatnya tentangnya, dan tidak meninggalkan hal buruk tanpa memberi peringatan tentangnya.
15. Mengucapkan Doa Ketika Keluar dari Kamar Mandi
روى الترميذي وحسنه عن عائشة رضي الله عنها قالت : "كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلَاءِ قَالَ غُفْرَانَكَ."
Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dan menghasankannya dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari kamar mandi, beliau mengucapkan, 'Ghufraanaka'." Artinya, "Aku memohon ampunan-Mu (ya Allah)."
Penjelasan:
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa mengucapkan "Ghufraanaka" setelah buang hajat berarti memohon ampunan Allah.
Bacaan doa keluar kamar mandi atau WC yang lainnya adalah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku penyakit dan yang telah menjaga kesehatanku,” (Sunan Ibnu Majah: 301.).
Faedah hadis:
1. Disukainya mengucapkan bacaan doa keluar kamar mandi (Gufraanaka) setelah buang hajat.
2. Bersemangatnya para sahabat dalam mengutip semua perkataan dan perbuatan Nabi. Ini menujukkan betapa besar cinta mereka kepada beliau.
3. Tidak boleh meminta ampunan kecuali dari Allah.
16. Tangan dengan Sabun dan sejenisnya setelah Keluar dari Kamar Mandi
وفي صحيح البخاري عن ابن عباس رضي الله عنه قال : حدثتنا ميمونة . قالت : صببت للنبى صلى الله عليه وسلم غسلا فأفرغ بيمينه على بشارى فغسلهما ثم غسل فرجه ثم قال بيده الأرض فمسحها بالتراب ثم غسلها ثم تمضمض واستتشق ثم غسل واجهه وأفاض على رأسه ثم تنحى عغسل قدميه ثم أتي بمنديل فلم ينفض بها.
Terdapat di shahih Bukhari dari ibnu abbas berkata, maimunah menceritakan kepada kami, ia berkata, “aku menuangkan air untuk nabi shalallahu 'alaihi wassalam, kemudian beliau menuangkan (air) dengan tangan kananya ke tangan kiri dan mencuci keduanya. Kemudian beliau mencuci kemaluanya, lalu meletakkan tanganya di tanah dan mengusapkan tangan tersebut dengan debu kemudian mencucinya. Setelah itu beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung serta mengeluarkanya, kemudian membasuh wajahnya dan menyiram dari atas kepalanya. Setelah itu beliau berpindah tempat dan mencuci kedua kakinya. Kemudian diberiakan kepadanya sapu tangan (handuk), namun beliau tidak mengusapkan denganya.
Faedah hadis:
1. Disarankan untuk memulai dengan mencuci tangan sebelum mencuci bagian lain tubuh ketika berwudhu.
2. Disarankan untuk menggunakan sabun atau sejenisnya setelah buang hajat.
3. Disarankan untuk tidak mengeringkan tubuh setelah berwudhu.
4. Keutamaan Maimunah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menghormati dan melayani beliau dengan baik.
Link kajian : https://youtu.be/-aaQXlybQe0?si=uIuJ40AJI_PpkX22
Video kajian :
Ustadz Kusdiawan, Lc.
Lumajang, 8 Sya’ban 1446 H
Posting Komentar untuk "Beradab Saat Buang Hajat #4"
Posting Komentar